Sunday, August 5, 2012

Tuk tuk di kota Trang


Oplet atau orang Trang menyebutnya tuk-tuk adalah moda transportasi tua yang diproduksi sejak tahun 1960-an.  Di Jakarta sulit sekali untuk menemukan kendaraan oplet atau bemo ini. Keadaan fisiknya juga sudah tidak secantik dulu, bahkan bisa dibilang bobrok dan tak laik jalan lagi.

One of transportation in Thaland is tuk-tuk. The Indonesians call oplet. This tuk-tuk were mostly produced in 60s. In Jakarta it is difficult to find such car. The appearance of Indonesian tuk-tuk is miserable.

Namun, di Trang sebuah kota kecil dan nyaman di selatan Thailand, tuk-tuk tetap beredar berkeliling kota, bahkan menjadi ikon kota tersebut. Trang adalah ibu kota provinsi yang bernama sama yaitu provinsi Trang dan terletak dekat Laut Andaman.

But in Trang, a small and nice city in southern Thailand, tuk-tuk still operates around the city. Even tuk-tuk is one of the icons of that city. Trang is the capital of province that the same name, Trang. It is located by Andaman Sea.


Tuk tuk di kota Trang, Thailand selatan. Tuk tuk in Trang, southern Thailand

Tuk-tuk di Trang berbeda dengan tuk-tuk Bangkok. Tuk-tuk Bangkok mempunyai setir seperti setang sepeda. Sedangkan tuk-tuk Trang setirnya seperti setir mobil. Bagian kepalanya menyerupai kepala kodok, sehingga orang Trang menyebutnya dengan Tuk-tuk Hua Kop. Hua Kop artinya kepala kodok.

Tuktuk in Trang is different like its counterpart in Bangkok. 


Tuk-tuk Trang diimpor dari Jepang tahun 60-an, dibawa dengan cara menggunakan kereta api. Oh ya, Trang adalah salah satu kota perdagangan yang sibuk terutama di masa itu, sehingga memiliki stasiun kereta api yang bisa dicapai dari Penang, Malaysia.

Awal mula kenapa orang Trang mengimpor tuk-tuk adalah karena tuk-tuk tepat menjadi transportasi di wilayah perbukitan. Bahkan penduduk desa menyebutnya 'khuan' yang bermakna 'bukit'.

Tuk-tuk mulai beroperasi sejak dini hari, mengantar pedagang dan pembeli ke pasar, buruh perkebunan dan pengolahan karet, anak sekolah hingga orang kantoran. Ongkos jarak dekat 20 Baht setara 6 ribu rupiah. Kecepatannya sedang, yaitu maksimal 60 km/jam. Tuk-tuk saat ini hanya boleh membawa penumpang 5 orang. Satu di depan, empat di belakang. Sayang, saya tak sempat untuk mencoba naik tuk-tuk ketika berkunjung ke Trang, bulan Juni dan Juli 2011 yang lalu.

Tuk-tuk saat ini tidak sekedar hanya moda transportasi. Kini, sebuah agensi perjalanan membuat paket wisata sejarah keliling kota Trang dengan biaya mulai 200 Baht hingga 600 Baht atau 60 ribu - 180 ribu. Lama tur mulai 1 jam - 4 jam. Cukup menarik dan perlu dicoba, jika suatu hari anda berkunjung ke Trang. Saya pun berjanji, kalau kembali ke Trang saya mau mencoba paket tur ini.